Senandung Pucuk Bakau
Oleh : Ari Susanah
Dengarlah pantaiku
Desahan angin membelai dedaunan
Di sanalah nelayan-nelayan singgah di peraduan dan harapan
Lambaian harmoni pohon kara menjulang tinggi
Menyambut datangnya sang Mentari
Lihatlah Pantaiku
Di mana gelombang ramah mengantar mereka mencari penghidupan
Gemuruh ombak ramah bersuka ria
Hingga terbenamnya sang Surya
Di peraduan ujung senja
Rasakanlah Pantaiku
Masihkah kau menjiwai dendang anak nelayan
Menanti Ayah mereka berlabuh pada sauh-sauh jangkar yang melingkar
Memeluk erat rasa dan raga yang tertambat
Pantaiku
Engkaulah harapan dan doa mereka terpanjat
Lepas lalu merapat pada karunia pemberian-Nya
Syukur tak terkira dari senandung pucuk bakau
Tambun Selatan 30 Desember 2018
Kala Hujan Senja
Oleh: Ari Susanah
Aku lelah
Saat kulalui hari sepenuh raga
Aku rebah
Kala hujan menymbut senja
Berurai rintihan mengantar lara
Dalam bahagia yang menguntum
Kian berlinang air mata duka
Berselimut senyum mengulum
Aku tak ingin larut dalam kecewa
Biarlah semua menjadi rahasia-Nya
Hening merebak dalam jiwa
Di antara percikan nestapa
Kuseka getir rindu pada kedamaian senja dan derai hujan
Dalam senyuman
Tambun Selatan 15 November 2018
Muhasabah Masa
Oleh: Ari Susanah
Jika jatah usia sampai pada masanya
Seakan senja penuh nuansa jingga
Semua telah menjadi biasa
Namun kali ini
Nampak sedikit berbeda
Semburat nabastala mega berawan
Purnama jingga tersipu di balik kabut
Seakan tak rela surya terbenam
Diri ini belum pasrah berserah
Jiwa dan raga belum bebenah
Sudahkah bekal menyambut
Rasa muda tak pernah surut
Kegelapan malam itu belumlah cukup
Amalan mana yang akan menolong
Sedang diri belum bebersih
Ketika masa usia mulai usai
Tiba-tiba senja harus terlalui
Tambun Selatan 8 Oktober 2017
Rona Nabastala
Oleh: Ari Susanah
Di langit yang sama
Berjuta abad lamanya
Tak berubah tak berjubah
Hanya sekelibat awan nampak
Menyelimuti hilang dan pergi
Di langit yang sama di atas sana
Namun di sini, wajah bumi berubah pasti
Tak henti berarak anak zaman mengikuti
Bergerak bekeliat memecah riuh suasana
Selalu berubah di kaki zaman
Dulu rawa, dulu hutan rimba, dulu padang sabana
Kini lihatlah
Di atap rona nabastala tiada berbeda
Kini kaki gunung pun rata, kini sawah, kini jalan raya manusia
Kini pasar, kini rumah hunian, kini gedung-gedung tinggi menjulang
Bayu pun melambai pergi berlalu
Biarkan rebah berpayung langit yang sama
Namun tak kan pernah terdapati lagi
Karena wajah bumi selalu berubah beda
Tambun Selatan, 23 September 2017
Perpisahan
Oleh: Ari Susanah
Perpisahan itu
Memberi ruang kita untuk belajar
Memberi waktu untuk kita memahami
Apa arti rindu
Apa arti kebersamaan
Memecah ego dan keangkuhan
Bahwa kita tak kan mampu untuk hidup dalam kesendirian
Perpisahan ini
Menghujam lekat hati sanubari
Memeluk pilu kenangan
Menghadirkan munajat harapan
Doa kan terpanjat kemudian
Untuk mereka yang jauh dari mata
Meregang dari peluk dekapan
Perpisahan itu
Menghadirkan rindu
Membuat kita sabar menunggu
Membawa hati untuk selalu mengingat-Nya
Maka syukurilah karena perpisahan adalah sebuah hakikat
Untuk mengingat pertemuan dan keabadian
Tambun Selatan, 13 Agustus 2017
Shofie
Shofie gadis kecil manja
Kini telah tumbuh dewasa
Telah mengerti dunia
Paham kasih dan rasa
Ingatkah dudlu Shofie ketika sakit ayahmu bergumam lirih,
Pada siapa dia memilih
Matanya sembab menahan perih
Hanya pada-Nya dia merintih
Ingatkah dulu Shofie
Kau terlahir tanpa belaian ibunda
Tiada timangan memeluk dada
Hanya dekapan ayahanda
Engkau kini tumbuh dewasa
Ingatkah dulu Shofie?
Dalam doa-doa ayahmu
Semoga engkau bertemu
Dengan seseorang yang tulus menyayangmu
Dengan senyuman ayah mengantarmu
Pada sebuah pelaminan yang anggun
Tak lama kemudian sang ayah menutup mata
Dengan bahagia untuk selamanya
Tanda syukur melepas amanahnya
Semoga tenang disana
Kini Shofie tak sebatang kara lagi
Tambun Selatan, 2 Februari 2017
Prasasti
Oleh : Ari Susanah
Buatlah tulisan untuk sebuah peradaban
Kalaupun hanya sebuah coretan
Hempasan kegundahan
Sebuah pelarian dari kegalauan
Agar tak berkepanjangan
Biar tak selalu larut dalam pilu
Paling tidak untuk dikenang sendiri
Atau untuk para generasi
Dan meninggalkan jejak
Bahwa kita pernah ada di suatu masa
Di antara mereka, hidup di dunia yang tak lama
Namun tulisan kita akan selamanya
Tambun Selatan, 14 Juli 2017
Bencana Melanda
Oleh: Ari Susanah
Mulut ternganga mendengar berita duka
Belum sudah derita dikala bencana melanda
Alam porak poranda
Gempa, tanah lonsor, banjir, badai, dan prahara
Tak kan mampu menanggung semua derita
Tak kan mampu mengartikan ini semua
Adakah dosa-dosa
Ataukah peringatan untuk kita
Mata terbelalak
Masihkah enggan terbangun dari gelimangan kelalaian?
Tambun Selatan, 31 Desember 2018
Biodata
Ari Susanah yang tinggal di Perum Pesona Mutiara 1 blok B 6 no. 01 Desa Sumberjaya Tambun Selatan Kabupaten Bekasi ini adalah seorang guru yang mengajar di dua SMP di kotanya. Hobinya menulis sejak sekolah dasar telah membawanya untuk berkarya menciptakan berbagai judul Cerpen dan Puisi. Ibu dari tiga orang putera ini sekarang aktif menulis dan ingin membuat buku kumpuolan cerpennya sendiri. Baginya menulis adalah sebuah kerja keabadian.
C/P dapat melalui Wa 087737787688