Cintai Rasa Sakitmu
Kalimat di atas sudah tidak asing di telinga kita. Ya benar, karena kalimat di atas adalah salah satu slogan yang terdengar dari sebuah iklan.
Mungkin terdengar biasa, namun akhir-akhir ini sangat berkesan dan terdengar berulang-ulang di telinga saya. Seakan setiap peristiwa yang terjadi memberi pesan yang berkaitan dengan kalimat tersebut.
Beberapa waktu lalu saya sempat sakit. Mungkin karena terlalu lelah bekerja dan melakukan aktifitas sehari-hari. Saya adalah seorang guru di sebuah sekolah di Tambun Selatan. Selain mengajar, saya juga seorang ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Anak pertama baru menginjak kelas 5 SD, yang ke-2 kelas 4 SD, yang ke-3 berusia 5 tahun dan sekarang sudah masuk TK, sedangkan yang ke-4 berusia 3 tahun, dan anak yang terakhir baru berusia 5 bulan. Suami juga berprofesi sama dengan saya. Suami mengajar di sebuah SD (sekolah dasar) tak jauh dari tempat tinggal kami. Hanya saja saya mengajar pagi, dan suami mengajar siang. Itulah yang saya anggap rezeki kesempatan buat kami. Karena kami tetap bisa mengasuh anak-anak kami tanpa bantuan orang lain.
Sejak bulan April lalu kami sudah tidak punya pengasuh anak-anak. Tepatnya 10 hari bulan Ramadan, atau tanggal 2 April 2022 pengasuh anak-anak kami meninggal dunia. Beliau meninggal dunia karena serangan jantung. Setelah itu kami memutuskan untuk tidak mencari pengganti pengasuh yang sangat baik hati tersebut. Bukan karena apa-apa, tapi kami berdua sepakat untuk saling bahu-membahu mendidik anak-anak kami bersama. Juga karena jaman sekarang bukan sesuatu yang mudah untuk mencari pembantu yang sebaik pengasuh anak-anak kami dulu. Sementara saudara-saudara kami tempat tinggalnya berjarak cukup jauh dari perumahan kami.
Dan untuk urusan pekerjaan rumah tangga, kami juga berusaha kompak saling melengkapi. Pagi hari sebelum ke sekolah saya masak dan membuat sarapan, setelah itu memandikan anak saya yang masih bayi. Setelah itu baru saya mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sementara tugas suami saat pagi hari setelah sholat Subuh adalah mencuci baju kemudian menjemurnya. Tugas untuk anak kami yang pertama adalah menyapu lantai, merapikan, sandal, dan mainan adik-adiknya yang berantakan sebelum bersiap ke sekolah. Sementara tugas untuk anak yang nomor dua adalah mencuci piring dan membuang sampah keluar rumah. Untuk tugas anak yang nomer 3 adalah menyiapkan perlengkapan sekolah TK nya. Belum ada tugas untuk anak yang nomer 4 dan 5 karena masih balita dan baru berusia 5 bulan. Tugas-tugas tersebut kian hari makin terasa ringan buat kami.
Ketika weekend atau akhir pekan, tugas yang lainnya pun menanti untuk saya kerjakan. Tugas itu adalah menyetrika semua pakaian anggota keluarga. Saya bersyukur karena untuk SMP Negeri hari Sabtu sudah libur, sehingga saya masih sempat untuk mengerjakan semua tugas rumah tangga yang tidak bisa dilakukan pada hari-hari kerja. Sebetulnya kami bisa saja memakai jasa laundry untuk mencuci baju dan menyetrika pakaian. Namun saya tekankan kepada suami dan anak-anak agar kami tetap bisa mempunyai simpanan atau tabungan. Juga apabila ada kebutuhan mendesak kami tak perlu lagi meminjam uang kemana pun. Dan alasan yang terakhir adalah ketika hari Minggu semua libur, kami bisa refreshing atau sekadar piknik ringan bersama keluarga.
Kemudian untuk tugas-tugas sekolah, biasa saya selesaikan di sekolah. Kecuali jika membutuhkan waktu lebih, akan saya bawa pulang dan saya selesaikan malam hari di rumah. Dan itu jarang sekali saya lakukan setidaknya dalam satu semester.
Ada kalanya saya dapat rezeki kesempatan waktu luang, akan saya gunakan untuk menulis, dan mengembangkan diri yang berhubungan dengan karir saya. Karena sejujurnya saya tipe orang yang tidak bisa berdiam diri.
Saya sadar bahwa saya hanyalah manusia biasa. Dengan aktivitas padat yang saya lakukan harus diimbangi dengan nutrisi yang saya konsumsi dan tentu saja dengan istirahat yang cukup. Akan tetapi terkadang saya tidak bisa konsisten untuk mengimbanginya. Menjadi orang tua yang masih memiliki balita dan juga bayi tentunya sering kali kekurangan waktu tidur. Meskipun cukup waktu untuk tidur, namun kualitas dan intensitas nya tidak bisa terjaga. Hal ini yang membuat saya rentan sakit. Jika cuaca tidak menentu, telat makan dan kurang tidur maka tiba-tiba timbul gejala seperti rambut rontok parah, sariawan, pandangan berkunang-kunang dan kepala terasa berputar-putar. Dengan keadaan seperti ini, saya harus bisa berpikir positif. "Cintai Rasa Sakitmu".
Bisa saja ini memang penyakit, tapi bisa saja ini adalah peringatan agar saya lebih berhati-hati. Dan prasangka positif lainnya adalah Allah akan mengurangi dosa-dosa yang disebabkan oleh kelalaianku ataupun sesuatu yang saya sengaja lakukan. Misalnya sariawan ini memang sakit, tidak nyaman dan benar-benar mengganggu. Tapi mungkin Allah memberikan sakit ini untuk mengingatkan saya supaya tidak sembarangan berbicara. Atau Allah akan mengampuni dosa-dosa yang pernah saya lakukan dengan mulut saya. Yang mungkin tanpa sengaja kata-kata saya menyinggung perasaan orang lain.
Saya juga teringat kepada seorang sahabat. Meskipun dalam keadaan sakit, beliau tetap mengerjakan aktivitas seperti biasanya. Tetap membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya dengan tulus. Dan beliau tetap rajin beribadah selalu dekat dan selalu mengingat Allah sebagai Tuhannya. Tak jarang ketika siang bertemu besoknya telah mendengar kabar beliau sedang dirawat di sebuah rumah sakit. Dalam sakitnya pun beliau tetap rajin menebarkan kebaikan lewat tulisan-tulisannya. Sungguh luar biasa berkah usianya. Saat sehat dan sakitnya pun beliau tetap bermanfaat bagi sesama.
Karena sesungguhnya beliau telah bersahabat dengan rasa sakit.
Saya juga teringat cerita tentang seorang sahabat lainnya yang begitu tabah dan kuat meskipun usahanya bangkrut dan jatuh miskin. Beliau tetap memilih jalan takwa.
Sebagaimana kita bisa bahagia saat menerima karunia nikmat rezeki berupa materi, kekayaan, harta, pekerjaan, keluarga, pasangan, anak, kesehatan, kesempatan atau kelapangan, dan lainnya, kita juga harus menerima karunia nikmat sakit, lelah, musibah, kecewa, kemiskinan dan hal yang tidak menyenangkan lainnya. Mungkin bisa jadi kalau kita selalu sehat dan selalu kaya kita akan sombong dan takabur. Kita akan jauh tenggelam bergelimang dosa dan maksiat.
Maka nikmati dan syukuri semua yang datang dari Allah. Karena semua dari Nya bisa jadi kita tidak menyukainya akan tetapi itulah yang terbaik untuk kita. Wallahu alam bi showab.
#sebuahrenungandiri
#cintairasasakitmu
Tambun Selatan, 29 Januari 2023
Biodata penulis:
Ari Susanah adalah seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai guru. Dia tinggal di Pesona Mutiara 1 Tambun Selatan.
Hobinya menulis dan membaca membuatnya tergabung dalam komunitas penulis. Dia telah memiliki dua buku tunggal dan 18 buku antologi kumpulan puisi, cerpen, artikel, pantun dan budaya. Alamat email nya adalah arisusanah3111@gmail.com