Realita PTMT (Pembelajaran TatapMuka Terbatas)
Awal Tahun Pelajaran Baru 2021-2022 ini kita masih sempat melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh atau yang disingkat dengan PJJ dalam jaringan (Daring). Namun tepatnya pada bulan September, setelah Guru-guru, tenaga pendidik, dan juga peserta didik mayoritas telah tervaksinasi dunia pendidikan mulai melaksanankan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Efek dari Vaksinasi yang digencarkan oleh pemerintah juga berakibat pandemi Covid-19 makin melandai. Sehingga berbagai sektor kehidupan mulai beraktivitas dalam skala adaptasi kebiasaan baru pasca pandemi atau yang disebut new normal. Tak terkecuali sekolah-sekolah juga pada akhirnya secara lambat laun melaksanakan pembelajaran tatap muka atau luring. Meskipun masih dalam skala terbatas dan harus dengan persetujuan orang tua.
Tak dapat dipungkiri bahwa semua, baik guru maupun peserta didik telah merindukan saat-saat untuk dapat bertatap muka. Meskipun masih harus dengan berbagai syarat protokol kesehatan yang selalu diupayakan oleh pihak sekolah. Di antaranya ialah, Pengecekken suhu tubuh ketika akan memasuki lingkungan sekolah. Jumlah murid dalam satu kelas/rombel yang harus dibagi menjadi dua sesi, sehingga tidak terlalu ramai dan untuk menghindari kerumunan. Setiap peserta didik wajib mengenakan masker, ataupun Face Shield saat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar. Dianjurkan untuk sesering mungkin mencuci tangan dengan sabun. Tidak diperkenankan jajan di luar, dan dianjurkan membawa bekal makanan masing-masing dari rumah. Juga karena jam belajar hanya selama 2 jam saja, sehingga tidak ada jam istirahat. selain itu Pembelajaran Tatap Muka Terbatas hanya dilaksanakan dalam 2 hari saja pada setiap tingkatannya.
Semua peraturan di atas diberlakukan secara ketat. Bahkan jika ada orang tua yang tidak mengijinkan putra-putrinya untuk ikut PTMT, diperbolehkan untuk tetap melaksanakan daring dari rumah.
PTMT yang sudah berlangsung selama kurang lebih 2 bulan lebih tersebut itu memang sangat ditunggu-tunggu. Bagi guru-guru dan peserta didik dalam dunia pendidikan Pembelajaran Jarak Jauh secara penuh tidak menjadi solusi keberhasilan dalam mengajar. Banyak sekali yang merasa bahwa PJJ menjadikan sebagian besar peserta didik mengalami loss learning (kondisi di mana peserta didik mengalami kehilangan tahapan pembelajaran karena ketidak pahaman akan suatu materi dan terbiarkan, berlangsung secara terus menerus tanpa adanya solusi). Maka dari itu PTM meskipun masih dalam skala terbatas sangat diharapkan keefektifan nya agar peserta didik tidak mengalami Loss Learning. Selain itu Pembelajaran Tatap Muka juga berperan dalam menekankan pendidikan karakter, di mana peran seorang guru tidak mampu tergantikan oleh kecanggihan teknologi. Kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, kepedulian, menghargai orang lain dan berbagai pendidikan karakter lainnya hanya dapat diterapkan ketika terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik.
Meskipun bukan tanpa kendala, PTMT yang sedianya akan dapat menjadi model baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Diharapkan PTMT dapat dijadikan cikal bakal model blended Learning yang akan menyeimbangkan peran teknologi digital ke dalam dunia pendidikan saat nanti. Namun sepertinya masih harus banyak adaptasi yang mesti diperjuangkan oleh banyak pihak, baik guru-guru, tokoh-tokoh, praktisi, peserta didik, bahkan sampai dengan peran orang tua wali murid dalam mendampingi anak-anaknya. Semua harus aktif dalam perannya masing-masing dan tidak boleh abai sedikitpun.
Seperti halnya pengalaman saya menjadi guru, ketika harus berhadapan langsung dengan peserta didik di dunia maya, atau virtual meeting. Banyak dari mereka yang tidak meng-On-kan atau menyalakan videonya. dan ketika PTMT berlangsung banyak pula dari mereka yang menyembunyikan wajahnya di balik masker yang mereka pakai. Kemudian maraknya kopi paste dan plagiasi di kalangan peserta didik ketika mengerjakan tugas. Hal itu dikarenakan kurangnya rasa tanggung jawab serta kedisiplinan mereka. Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang pendidik seperti saya. Agar bagaimana caranya peran guru dan teknologi dapat seimbang untuk terus membantu mempermudah segalanya, dan bukan menjadi kendala. Dan juga PR bagi guru untuk memantik kreatifitas peserta didik dalam memanfaatkan teknologi, bukan hanya menjadi penikmat teknologi semata. Apalagi sekadar menjadi plagiat dan kopi paste kreativitas orang lain. Bahkan dengan teknologi digital pembelajaran tidak hanya menjadi semakin mudah, namun juga menjadi lebih menyenangkan. Maka dari itu peran guru sangatlah penting untuk menekankan pendidikan karakter bagi peserta didik untuk menjadi generasi yang lebih kreatif, jujur, menghargai hak cipta orang lain dengan penuh tanggung jawab.
Demikianlah Realita yang terjadi di lapangan pada Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau PTMT.